JIWA

Pengembangan Jiwa Kewirausahaan
di Kalangan Dosen dan Mahasiswa
H. Bambang Banu Siswoyo
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Abstract:
the development of entrepreneurship spirit has become a crucial things in the future. Entrepre-
neurship has become the important role. Through entrepreneurship would create the job opportunities for
the society. This is especially for developing people. This article will describe the entrepreneurship devel-
oping for students and lectures. They
have a strategic role position in
developing the en
trepreneurship
attitudes. Entrepreneurship programs are mainly in entrepreneurship practices, on the job training entre-
preneurship; looking for
business opportunities
through lecturers ac
tivities; using industrial cooperation
agreement.
Keywords:
Jiwa kewirausahaan, dosen dan mahasiswa.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret
2006 menunjukkan bahwa penduduk miskin di Indo-
nesia sebanyak 39,05 juta atau 17,75% dari total 222
juta penduduk. Penduduk miskin bertambah empat
juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005.
Angka pengangguran berada pada kisaran 10,8%–
11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai
pengangguran terbuka.
Kompas, 11 Nov 2008 menyajikan data pengang-
guran lulusan sekolah tinggi per Pebruari 2007 berda-
sarkan jenjang sbb: Diploma I/II sebanyak 151.085;
Akademi/D3 sebanyak 179.231; Universitas sebanyak
409.890. Data tersebut terus tentunya bertambah
pada tahun 2008 dan 2009. K
ondisi tersebut saat ini
diperburuk dengan dampak krisis dan resesi global.
Bahkan mereka yang lulus perguruan tinggi semakin
sulit mendapatkan pekerjaan karena sedikitnya
ekspansi kegiatan usaha.
Data Depnakertrans (2009), menunjukkan bahwa
per 1 Mei 2009 sebanyak 51.355 pekerja terkena
PHK, 28.017 orang direncanakan di PHK, 22.440
dirumahkan, dan 19.191 orang direncanakan akan
dirumahkan (Jawa Pos 12 Mei 2009). Ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi,
memprediksi PHK bisa mencapai 500.000 orang
tahun ini.
Di samping itu, menurut pengamat aktivitas
kewirausahaan (
Entrepreneurial activity
) yang
relatif masih rendah.
Entrepreneurial activity
diter-
jemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis
baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif
bekerja. Semakin rendah indek
entrepreneurial ac-
tivity
maka semakin rendah level
entrepreneurship
suatu negara, dan dampaknya pada tingginya pe-
ngangguran.
Kondisi di atas mengisaratkan betapa masalah
pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan pergu-
ruan tinggi saat ini. Menurut Hendarman, Direktur
Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan ”data
pengangguran terdidik di Indonesia menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
rendah kemandirian dan semangat kewirausahaan-
nya.”
Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa
sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih
sebagai pencari kerja (
job seeker
) daripada pencipta
lapangan pekerjaan (
job creator
). Hal ini disebabkan
115
ISSN: 0853-7283
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa
sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai per-
guruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus
pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh
pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk
menciptakan pekerjaan.
Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti,
2009) menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin
ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja
dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik
dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan harus dijalankan dengan kreatif. Pendi-
dikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa
untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari
kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studi-
nya. Hal ini menurut Bob Sadino (di Jakarta, 18
Nopember 2008) sebagai dampak dari sistem pendi-
dikan Indonesia yang kebanyakan masih mengguna-
kan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan
sesuatu.
APA PENTINGNYA KEWIRAUSAHAAN
(ENTREPRENEURSHIP)
?
Kewirausahaan atau e
nterpreneurship
pada
mulanya merupakan konsep yang dikembangkan
dalam tradisi sosiologi dan psikologi. Pada awal abad
ke-18, Richard Cantillon, sarjana kelahiran Irlandia
yang besar di Perancis, menyatakan bahwa
enterpre-
neurship
merupakan fungsi dari
risk bearing
. Satu
abad berikutnya, Joseph Schumpeter memperkenal-
kan fungsi inovasi sebagai kekuatan hebat dalam
enterpreneurship
. Sejak itu, konsep
enterpreneur-
ship
merupakan akumulasi dari fungsi keberanian
menganggung risiko dan inovasi (Siswoyo,
2009).
Enterpreneurship
adalah suatu proses kreati-
vitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk
menghasilkan nilai tambah bagi produk yang berman-
faat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmur-
an bagi wirausahawan. Kewirausahaan merupakan
kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta
kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan
mengambil tindakan dan risiko dalam rangka mesuk-
seskan bisnisnya. Berdasar definisi ini kewirausahaan
itu dapat dipelajari oleh setiap individu yang
mempunyai keinginan, dan tidak hanya didominasi
individu yang berbakat saja.
Kewirausahaan merupakan pilihan yang tepat
bagi individu yang tertantang untuk menciptakan kerja,
bukan mencari kerja.
Menurut William Danko: ”Seorang wirausaha-
wan (
entreprenuer
) mempunyai kesempatan 4
kali lebih besar untuk menjadi milyuner”.
Menurut majalah FORBES: ”75% dari 400 orang
terkaya di Amerika berprofesi sebagai
enter-
prenuer
”.
Fakta membuktikan bahwa banyak
entre-
prenuer
sukses yang berawal usaha kecil
(Siswoyo, 2006).
Entrepreneur
adalah mereka yang berani
mewujudkan ide menjadi kenyataan. Menurut Joseph
Schumpeter,
Entrepeneur is a person who perceives
an oppotunity and creates an organization to pur-
sue it
(Bygrave, 1994:2). Wirausaha adalah orang
yang melihat adanya peluang, kemudian menciptakan
sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang
tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kepribadian
seorang
entrepreneur
diidentifikasi oleh beberapa
peneliti (Siswoyo,
2006) sebagai berikut.
Desire for responsibility
yaitu memiliki rasa
tanggung jawab yang besar terhadap usaha yang
baru dirintisnya.
Preference for moder
-
ate risk.
Entrepreneur
lebih memperhitungkan risiko.
Entre-preneur
melihat peluang bisnis berdasar pengetahuan,
latar belakang, dan pe-ngalaman mereka.
Confidence in their ability to succeed
.
Entre-
preneur
seringkali memiliki rasa percaya diri
yang tinggi. Sebuah studi yang digelar oleh
Na-
tional Federation of Inde-pendent Business
(NFIB) mengemukakan sepertiga
entrepreneur
merasa memiliki peluang sukses sebesar
100%.
Desire for immediate
feedback. Entrepreneur
ingin mengetahui bagaimana tanggapan orang
lain tentang cara yang mereka sedang jalankan,
dan untuk itu mereka senang sekali jika mendapat
masukan dari or-ang lain.
Highlevel of energy
.
Entrepreneur
terkesan
memiliki energi yang lebih besar dibandingkan
dengan kebanyakan orang.
Future orientation. Entrepreneur diberkahi
kemampuan yang baik dalam melihat sebuah
peluang.
H. Bambang Banu Siswoyo
Nama Orang
JURNAL EKONOMI BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
116
Skill at organizing. Entrepreneur
mempunyai
kemampuan menempatkan orang sesuai bidang
dan kemampuannya.
Value of achievement over money
. Dalam men-
jalankan bisnisnya, yang menjadi kekuatan utama
entrepreneur
adalah sebuah pencapaian kesuk-
sesan, dan uang hanyalah sebuah simbol untuk
menandakan sebuah pencapaian (PPM Manaje-
men, 2004).
Masa depan bisnis
entrepreneur
digambarkan
akan terus cemerlang. Beberapa tahun lalu terdapat
kecenderungan perusahaan raksasa (kasus di
Amerika), untuk terus merampingkan perusahaannya.
Kenyataan ini juga ikut memicu tumbuhnya
entre-
preneur
baru,
entrepreneur
yang kaya akan penga-
laman bisnis, dan masih berada dalam usia produktif.
Fenomena
downsizing
ternyata juga menyebabkan
berubahnya pandangan Generasi X (mereka yang
terlahir antara tahun 1965–1980) tentang
entrepre-
neur
. Mereka tidak lagi melihat
entrepreneur
sebagai
jalur karier
yang penuh risiko, namun mereka lebih
melihatnya seba-gai sebuah cara untuk menciptakan
usaha yang aman.
Memperhatikan kondisi di atas, pembekalan dan
penanaman jiwa
entrepreneur
pada mahasiswa diha-
rapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan
kegiatan kewirausahaan. Pengalaman yang diperoleh
di bangku kuliah ini diharapkan dapat dilanjutkan
setelah lulus, sehingga muncullah wirausahawan baru
yang berhasil menciptakan kerja, sekaligus menyerap
tenaga kerja. Menurut Hendarwan: ”Pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan ini merupakan langkah
serius dari pemerintah untuk mengatasi pengangguran
terdidik yang terus bertambah jumlahnya”. Ciputra
(dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) mene-
gaskan ”pendidikan kewirausahaan bisa memberi
dampak yang baik bagi masa depan Indonesia, seperti
yang terjadi di Singapura. Namun kuncinya, pendi-
dikan harus dijalankan dengan kreatif”.
BAGAIMANAKAH MASYARAKAT ME-
MANDANG KEWIRAUSAHAAN?
Kewirausahaan merupakan persoalan penting di
dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang mem-
bangun. Kemajuan atau kemuduran ekonomi suatu
bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari
kelompok
entrepreneur
ini.
Melalui kewirausahaan akan memunculkan
banyak manfaat pada masyarakat. Menurut Alma
(2008) manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga
dapat mengurangi pengangguran.
Sebagai generator pembangunan lingkungan,
bidang produksi, distribusi, pemeliharaan ling-
kungan, kesejahteraan, dan sebagainya.
Menjadi pribadi unggul yang patut diteladani,
karena sebagai seorang wirausaha yang terpuji,
jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tetapi
tidak melupakan perintah-perintah agama, dekat
dengan Tuhan.
Selalu menghomati hukum dan peraturan yang
berlaku, berusaha selalu menjaga dan mem-
bangun lingkungan.
Berusaha memberi bantuan kepada orang lain
dalam bidang pembangunan sosial, sesuai dengan
kemampuannya.
Berusaha mendidik karyawan menjadi orang
mandiri, disiplin, jujur, dan tekun dalam meng-
hadapi pekerjaan.
Hidup tidak berfoya-foya dan tidak boros.
Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam
pergaulan maupun kebersihan li
ngkungan.
Dari manfaat di atas, setidaknya terdapat dua
besaran sumbangsih wirausaha terhadap pemba-
ngunan bangsa, antara lain sebagai berikut.
Sebagai pengusaha: memberikan sumbangsih
dalam melancarkan proses produksi, distribusi,
dan konsumsi. Ikut mengatasi kesulitan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi,
meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi
ketergantungan kepada bangsa asing.
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap
negatif masyarakat, sehingga mereka kurang
berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat
agresif, exspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir,
sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat,
pekerjaan rendah, dan sebagainya. Pandangan sema-
cam ini dianut oleh sebagian orang, sehingga mereka
tidak tertarik. Mereka tidak menginginkan anak-
anaknya menekuni bidang ini, dan berusaha menga-
lihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri.
117
ISSN: 0853-7283
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa
Apalagi bila anaknya sudah lulus perguruan tinggi.
Mereka berkata: ”Untuk apa sekolah tinggi, jika
hanya mau menjadi pedagang atau semacamnya?”.
Landasan filosofis inilah yang menyebabkan banyak
orang tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis.
Sebagian lain memandang bahwa profesi wira-
usaha cukup menjanjikan di masa depan. Hal ini
didorong oleh kondisi persaingan di antara pencari
kerja yang semakin ketat. Lowongan pekerjaan mulai
terasa sempit. Ditambah lagi dengan
policy zero
growth
oleh pemerintah dalam bidang kepegawaian.
Kelompok yang kedua ini memandang wirausa-
hawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang
mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang,
mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk
menaklukan cara berpikir lamban dan malas. Banyak
di antaranya yang lebih melihat profesi wirausaha
sebagai individu yang mempunyai peluang besar
dalam hal memberi manfaat pada orang lain.
Lambannya menyikapi pentingnya kewirausaha-
an ini, menyebabkan kita tertinggal jauh dari negara
tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi
dalam profesi bisnis. Mereka dapat mengembangkan
bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai
ke industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perda-
gangan besar (grosir), perdagangan eceran besar
(
departement store
, swalayan), eceran kecil (
retail
),
eksportir, importir, dan berbagai bentuk usaha lainnya
dalam berbagai jenis komoditi.
Telah disadari bersama oleh semua pihak betapa
penting peran kewirausahaan dalam mengatasi
masalah pengangguran. Untuk menumbuh-kembangkan
jiwa dan aktivitas kewirausahaan–sehingga lulusan
PT lebih menjadi pencipta lapangan kerja dari pada
pencari kerja–diperlukan suatu usaha nyata.
BAGAIMANA MENGEMBANGKAN JIWA
KEWIRAUSAHAAN DOSEN DAN MAHA-
SISWA?
Program pengembangan jiwa kewirausahaan
telah dicanangkan oleh Presiden Re
publik Indonesia
pada bulan Juli 1995. Setelah itu diluncurkan berbagai
program rintisan pengembangan jiwa kewirausahaan
di kalangan mahasiswa. Program Kreativitas Maha-
siswa (PKM), KKN-Usaha dan
Cooperative Edu-
cation
(Co-op)
yang diluncurkan beberapa saat sete-
lah pencanangan Presiden tersebut, telah banyak
menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di
dunia kerja. Hasil-hasil karya invosi mahasiswa
melalui PKM potensial tersebut ditindaklanjuti secara
komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks).
Program rintisan yang telah diujicobakan di
beberapa perguruan tinggi, antara lain sebagai berikut.
Kuliah Kewirausahaan Secara Terstruktur
Kuliah kewirausahaan umumnya hanya bagi
fakultas/jurusan tertentu saja. Tidak semua jurusan
mempunyai cara pandang yang sama untuk meng-
alokasikan SKS guna menyajikan matakuliah ini. Perlu
dicari suatu kesepakatan dan kesamaan pandang
tentang perlunya disajikan kuliah kewirausahaan di
semua jurusan/prodi yang ada. Komitmen dan
dukungan
top leader
di PT sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan hal ini.
Kuliah Kerja Nyata-Usaha
Mahasiswa sebagai calon wirausahawan masih
perlu dibekali kemampuan, keterampilan, keahlian
manajemen, adopsi inovasi teknotogi, keahlian me-
ngelola keuangan/modal maupun keahlian pemasaran
melalui pengalaman langsung dalam dunia usaha.
KKN yang diaplikasi pada kegiatan usaha UKM ini
akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih
mengenal praktik kewirausahaan secara langsung.
Sayangnya ujicoba program ini tidak berlanjut pada
desiminasi konsep penyelenggaraannya.
Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan
Kerja (
Job-Placement Center
)
Program yang sudah berjalan melalui bantuan
US-AID dan HEDS di Wilayah Indonesia Barat akan
terus dikembangkan ke perguruan tinggi lain.
Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja
(KBPK) yang dikembangkan dari Pusat Konsultasi
bagi pengusaha kecil dan menengah merupakan salah
satu kegiatan yang dapat memberikan pelayanan
kepada alumni Perguruan Tinggi yang beminat menjadi
pengusaha baru, atau pengusaha kecil yang telah
berkecimpung dalam dunia usaha. KBPK mendidik
staf pengajar memperoleh pengalaman praktis dalam
dunia usaha dengan cara memberikan konsultasi
kepada pengusaha kecil dan menengah. KBKP juga
H. Bambang Banu Siswoyo
Nama Orang
JURNAL EKONOMI BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
118
membuka akses untuk sumberdaya bahan baku, pasar,
sumberdaya keuangan, sumberdaya informasi, serta
membangun jaringan kerja untuk meningkatkan sinergi
antar pengusaha kecil dan menengah. Program ini
tidak sepenuhnya berlanjut karena alasan sumber
daya manusia yang relatif terbatas.
Magang Kewirausahaan
Melalui Program Penerapan Iptek/Vucer bagi
pengusaha kecil/industri kecil dan koperasi yang telah
berjalan selama ini. Program Magang Kewirausahaan
merupakan kegiatan mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman kerja praktis pada usaha kecil dan me-
nengah termasuk melakukan identifikasi permasalah-
an, analisis dan penyelesaian permasalahan dan
manajemen, pemasaran, serta teknologi. Magang
Kewirausahaan adalah kegiatan di mana mahasiswa
benar-benar bekerja sebagai tenaga kerja di usaha
kecil atau menengah. Magang juga menciptakan
keterkaitan dan kesepadanan
(link and match)
antara Perguruan Tinggi dengan usaha kecil mene-
ngah. Di samping itu, Staf pengajar yang menjadi pem-
bimbing mahasiswa memperoleh manfaat dalam hal
pengalaman praktis wirausaha dan akses kepada
kalangan usaha kecil dan menengah. Sayangnya pro-
gram ini tidak berlanjut. Dana dan komitmen Ketua
Jurusan sebagai salah satu penyebabnya.
Karya Alternatif Mahasiswa
Dalam berwirausaha produk/komoditi yang
diperdagangkan adalah inti dari denyut perdagangan
itu sendiri. Setiap produk sejenis akan bersaing dalam
kualitas yang meliputi unjuk kerja, keandalan (
reli-
ability
) dan kekuatan (
robustness
) serta kemudahan
pengoperasiannya (user friendly). Persaingan tersebut
pada hakekatnya adalah persaingan teknologi yang
diterapkan dalam kemasan yang menarik serta harga
yang lebih murah sebagai hasil penelitian dan pengem-
bangan.
Melalui kegiatan Karya Alternatif Mahasiswa
(KAM) para mahasiswa yang telah mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi dilatih dan didorong untuk
menghasilkan suatu komoditi yang diperlukan masya-
rakat. Prinsip yang perlu ditekankan dalam hal ini
adalah bahwa keterampilan menghasilkan produk
harus dipadukan dengan pemahaman bisnis yang
minimal telah dimiliki mahasiswa pesertanya. KAM
diprioritaskan untuk diisi dengan aktivitas produktif
mahasiswa yang berpola khusus, sebagai bagian
integral dari kegiatan intra atau ekstra kurikuler maha-
siswa dalam usaha untuk membekalinya dengan
keterampilan menghasilkan produk dan pengetahuan
tentang bisnis rintisan.
Inkubasi Wirausaha Baru
Program inkubator di beberapa perguruan tinggi
negeri dan perguruan tinggi swasta yang bekerjasama
dengan Kantor Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha kecil, akan dikembangkan tidak hanya bagi
pengusaha kecil, industri kecil atau koperasi, tetapi
juga mengikut sertakan mahasiswa/alumni dalam
penciptaan wirausaha baru.
Inkubator Wirausaha Baru adalah suatu fasilitas
yang dikelola oleh sejumlah staf terbatas dan mena-
warkan suatu paket terpadu kepada pengusaha atau
mahasiswa dan alumni dengan biaya terjangkau sela-
ma jangka waktu tertentu (
2–3 tahun). Paket terpadu
tersebut meliputi:
Sarana fisik atau gedung, dan fasilitas kantor
yang dapat dipakai bersama;
Kesempatan akses dan pembentukan jaringan
kerja dengan jasa pendukung teknologi dan
bisnis: sumberdaya teknologi dan informasi,
sumberdaya bahan baku, sumberdaya keuangan;
Pelayanan konsultasi yang meliputi aspek tekno-
logi, manajemen, dan pemasaran;
Pembentukan jaringan kerja antar pengusaha;
Pengembangan produk penelitian untuk dapat
diproduksi secara komersial.
Keterlanjutan program ini terkendala oleh kom-
pleksitas permasalahan yang tidak didukung oleh
SDM dan fasilitas yang memadai.
Dengan latar belakang program rintisan tersebut
di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun
2009 ini mengemba
ngkan sebuah Program Mahasis-
wa Wirausaha (
Student Entrepreneur Program
)
yang merupakan kelanjutan dari program-program
sebelumnya (PKM, Co-op, dan sejenisnya), untuk
menjembatani para mahasiswa memasuki dunia
bisnis rill melalui fasilitasi
start-up bussines
.
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dimak-
sudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang
119
ISSN: 0853-7283
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa
mempunyai minat dan bakat
entrepreneurship
untuk
memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengeta-
huan, teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya.
Tujuannya membentuk
softskill
agar mahasiswa ber-
perilaku sesuai karakter wirausaha.
Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan ren-
cana bisnis, dukungan permodalan dan pendamping-
an usaha. Program ini diharapkan mampu mendu-
kung pencapaian visi-misi pemerintah dalam mewu-
judkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapang-
an kerja dan pemberdayaan UKM.
Prosedur operasional standar dari Program
Mahasiswa Wirausaha meliputi persiapan program;
pembekalan dalam bentuk Diklat kewirausahaan,
magang ke UKM, dan penyusunan business plan;
pendampingan dalam hal
star-up business
dan
busi-
ness establishmen
; dan Monev.
Mencermati program-program sebagaimana
diurai di atas, pemerintah dan pimpinan PT mem-
punyai peran penting dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan mahasiswa. Namun secara operasio-
nal terdapat terdapat 3 (tiga) unsur penting yang men-
jadi kunci keberhasilan pengembangan jiwa kewira-
usahaan di perguruan tinggi adalah (1) mahasiswa,
(2) kurikulum, dan (3) dosen pembina kewirausahaan.
Agar sistem budaya kewirausahaan ini dapat di
bumikan di perguruan tinggi, maka perlu dilakukan
mapping potensi dan permasalahan di sekitar ketiga
unsur tersebut.
Unsur Mahasiswa
Di perguruan tinggi, dunia kewirausahaan masih
dipandang sebelah mata oleh sebagian mahasiswa
dan juga dosen. Banyak potensi dan peluang yang
semestinya bisa dimanfaat mahasiswa untuk kepen-
tingan pembelajaran dan pembumian sistem budaya
kewirausahaan ini, namun sayangnya belum diman-
faatkan sepenuhnya. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah melalui Depdiknas untuk menanam-
kam jiwa kewirausahaan pada mahasiswa.
Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor
dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wira-
usahawan yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan,
dan faktor kepuasan hidup (Sutabri, 2008). Ketiga
faktor itulah yang membuat mereka menjadi wira-
usahawan. Penelitian ini sangat membantu pihak
perguruan tinggi dalam memberikan informasi kepada
para mahasiswanya, bahwa menjadi wirausahawan
akan mendapatkan beberapa kesempatan, kebebasan
dan kepuasan hidup.
Proses penyampaian ini harus sering dilakukan
sehingga mahasiswa semakin termotivasi untuk
memulai berwirausaha. Sebab banyak mahasiswa
merasa takut menghadapi resiko bisnis yang mungkin
muncul yang membuat mereka membatalkan rencana
bisnis sejak dini.
Motivasi yang cukup, memicu keberanian maha-
siswa untuk mulai mencoba berpengalaman di bidang
kewirausahaan. Dengan semakin banyaknya maha-
siswa memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar
kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha
- KKU
- KAM
- Magang
KWU
PERGU RUA N TIN GGI
UKM
DIKLAT
Business
plan
MAGANG
(3 BULAN)
PENDIRIAN USAHA BARU
Max @ Rp. 8 Jt per MHS
PENDAMPINGAN USAHA
TERPADU
(
SELAMA 9 BULAN
)
Young
Entrepreneur
Lembaga
Pengembangan
Pe ndidik an
Wirausaha
Mhs
BA SI S I PTEK S
Gambar 1. Model Program Mahasiswa Wirausaha
H. Bambang Banu Siswoyo
Nama Orang
JURNAL EKONOMI BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
120
yang sudah dirintisnya. Sehingga bisa membuka
lapangan kerja kerja dan diharapkan dapat ikut mengu-
rangi jumlah pengangguran.
Beberapa program rintisan pengembangan jiwa
kewirausahaan bagi mahasiswa yang saat ini perlu
dilanjutkan dengan modifikasi tertentu antara lain
sebagai berikut.
Mahasiswa wajib mengikuti kuliah kewirausa-
haan secara terstruktur, yang dilakukan secara
menyeluruh di setiap jurusan atau Prodi. Kendala
pembina matakuliah Kewirausahaan dapat
diatasi dengan membentuk Team Teaching.
Pada tahap awal, separuh dari mahasiswa yang
memprogramkan KKN diberi kesempatan untuk
mengambil program KKN-Magang Usaha. Pada
tahap selanjutnya, jumlah dapat ditingkatkan
sesuai dengan hasil evaluasi. KKN-Magang
Usaha ini merupakan perpaduan antara KKN
dan magang kewirausahaan. Untuk itu program
dirancang dengan baik, dilakukan pembekalan
(Diklat, pengenalan kasus usaha), pendampingan,
dan Monev).
Mahasiswa diberi kesempatan membantu Klinik
Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (
Job-
Placement Center
) untuk media belajar bagi
mahasiswa.
Workshop-Role models dapat dilakukan dengan
melakukan workshop kewirausahaan dengan
terget tersusunnya business plan. Worshop ini
didampingi oleh orang yang diidolakan (wira-
usahawan sukses dan berpengalaman) guna
memberikan wawasan, semangat membuka
suatu usaha, memberi dorongan, dan bantuan.
Orang yang diidolakan tersebut bisa juga berupa
asosiasi berbagai badan asosiasi bisnis, instruktur,
dosen atau guru bisnis, biro konsultan bisnis, dan
sejenisnya.
Mengembangkan koperasi mahasiswa model
yang dikelola dengan menggunakan pendekatan
profesionalisme yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat pembelajaran kewinausahaan.
Mahasiswa mengembangkan berbagai kerja-
sama dengan pihak eksternal dan alumni yang
berhasil dalam bidang kewirausahaan.
Perguruan Tinggi mendirikan Inkubator Wira-
usaha yang pengelolaannya dilakukan oleh or-
ang profesional yang berfungsi pula sebagai
laboratorium/pusat kajian bisnis. Mahasiswa
dapat memanfaatkan fasilitas pusat bisnis ini
untuk pembelajaran kewirausahaan.
Unsur Kurikulum
Unsur kedua yang menjadi kunci keberhasilan
pengembangan kewirausahaan adalah kurikulum yang
diberlakukan di suatu Perguruan Tinggi. Kurikulum
didesain sedemikian rupa untuk dijadikan acuan dalam
penyelenggaraan perkuliahan mahasiswa.
Di negara maju pertumbuhan wirausaha mem-
bawa peningkatan ekonomi yang luar biasa.
Pengusaha-pengusaha baru ini telah memperkaya
pasar dengan produk-produk baru yang inovatif.
Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20
juta wirausahawan baru, mereka menciptakan lapang-
an pekerjaan baru. Demikian pula di Eropa Timur,
wirausaha ini mulai bermunculan. Bahkan, di negeri
China, yang menganut paham komunis, mulai mem-
buka diri terhadap lahirnya wirausahawan. Universi-
tas Beijing, menghapuskan mata kuliah Marxis, dan
menggantinya dengan mata kuliah kewirausahaan. Di
luar negeri, banyak universitas yang kewalahan
memenuhi permintaan mahasiswa pada matakuliah
kewirausahaan yang terus meningkat.
Pada umumnya di perguruan tinggi yang ada di
tanah air menyelenggarakan matakuliah kewirausa-
haan, walaupun intensitas dan proporsinya mu
ngkin
berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan pengamat-
an di beberapa PTN didapati suatu kesimpulan bahwa
tidak semua jurusan menyajikan matakuliah atau
pendidikan kewirausahaan sebagai matakuliah yang
berdiri sendiri. Fakta lain, jurusan-jurusan yang
menyajikan matakuliah/pendidikan kewirausahaan,
substansi materi yang disajikan dalam mata kuliah
kewirausahaan relatif telah memadai (Siswoyo, 2008).
Beberapa ketua jurusan yang tidak menyajikan
matakuliah Kewirausahaan baik sebagai matakuliah
yang berdiri sendiri maupun ditempelkan pada
beberapa matakuliah yang relevan, diperoleh alasan
sebagai berikut.
Jumlah SKS yang tersedia dirasakan tidak
memadai lagi untuk ditambahkan matakuliah di
luar target kurikulum.
Belum diperoleh dukungan dari dewan dosen
dengan alasan yang belum jelas, untuk mema-
sukkan matakuliah kewirausahaan. Namun
121
ISSN: 0853-7283
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa
sebagai wacana, banyak di antara ketua jurusan
yang ingin menyajikan matakuliah kewirausahaan
di masa mendatang.
Penyajian matakuliah Kewirausahaan dititipkan
pada matakuliah yang relevan, namun porsi sub-
stansi
content-
nya masih relatif kecil/terbatas.
Matakuliah kewirausahaan tidak
match
dengan
bidang ilmu yang diemban oleh jurusan. Hanya
sebagian kecil jurusan yang menyatakan bahwa
mata kuliah kewirausahaan relevan dengan
bidang keilmuan yang ada di jurusan.
Terkendala oleh staf pengajar yang tidak atau
kurang mempunyai kompetensi yang memadai
untuk mengajarkan atau membina matakuliah
kewirausahaan.
Berdasarkan alasan para Kajur di atas, dapat
disimpulkan bahwa tidak semua jurusan sepakat
memasukkan kewirausahaan dalam kurikulumnya.
Kewirausahaan dianggap bukan sebagai sesuatu yang
perlu dibekalkan pada mahasiswa. Selain tidak sejalan
dengan kompetensi bidang ilmu yang ditargetkan,
kendala kompetensi dosen pengajar atau pembina
kewirausahaan menjadi alasan yang utama.
Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang
sungguh-sungguh untuk menelaah kembali kebijakan
pencantuman matakuliah kewirausahaan ini dalam
kurikulum jurusan yang ada di PT, dan mengesam-
pingkan pemikiran ”relevansi latar keilmuan”. Artinya,
pencatuman matakuliah kewirausahaan tidak perlu
mempermasalahkan koherensi substansi matakuliah
kewirausahaan dengan bidang ilmu utama yang
diemban jurusan.
Pimpinan perguruan tinggi diharapkan ikut
memotivasi jajarannya, agar pengetahuan, wawasan
dan ketrampilan mahasiswa di bidang kewirausahaan
dapat ditingkatkan tanpa mempermasalahkan
keselarasannya dengan kompetensi keilmuan yang
diampu mahasiswa. Hal ini menjadi penting ketika
daya serap lulusan PT terhadap kompetensi yang
diampu relatif kecil, dan ke depan diprediksi akan
semakin kecil.
Unsur Dosen Pembina Kewirausahaan
Dosen pembina kewirausahaan menempati
peran strategis dalam upaya pembekalan kewirausa-
haan pada mahasiswa.
Permasalahan yang muncul di sekitar penyajian
matakuliah kewirausahaan adalah keterbatasan kom-
petensi dosen pembina. Kewirausahaan membutuh-
kan penekanan ranah ketrampilan dan sikap yang lebih
dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Untuk
mewujudkannya, biasanya terkendala oleh keberada-
an kompetensi dosen yang menguasai praktik
kewirausahaan.
Pengembangan jiwa kewirausahaan seorang
dosen, hakikatnya berlangsung secara alamiah.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu akan
bertindak rasional. Tindakan rasional ini diwujudkan
dalam bentuk pilihan alternatif yang berujung pada
perhitungan untung rugi. Perhitungan untung rugi
merupakan tindakan ekonomi yang berorientasi pada
penerapan prinsip ekonomi. Jadi, setiap individu pada
dasarnya telah mengembangkan jiwa kewirausahaan.
Namun, jika ingin memerankan dirinya sebagai pem-
bina kewirausahaan, tidak cukup dengan mengandal-
kan perilaku alamiah tersebut. Namun seorang dosen
harus membekali dirinya dengan berbagai pengeta-
hunan dan ketrampilan bi didang kewirausahaan.
Pengembangan jiwa kewirausahaan dosen dapat
dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
Kewirausahaan dosen dibangun di atas keilmuan
atau disiplin yang diampunya selama ini. Latar
keilmuan yang diampu tidak dimarginalkan,
bahkan keduanya merupakan satu kesatuan yang
saling bersinergi. Diperlukan pemahaman yang
sungguh-sungguh agar keduanya dapat saling
diintegrasikan. Misalnya, seorang ahli biologi
dapat memanfaatkan keilmuannya untuk mencari
peluang-peluang bisnis yang dapat memberikan
value
bidang biologi pada konsumen yang
dibidiknya.
Dosen memerlukan penguatan dalam bentuk
pendidikan, pelatihan, dan pemagangan yang
membekali dirinya untuk lebih memahami
ketrampilan berfikir dan bertindak ekonomis,
berprinsip dan berperilaku ekonomis. Penguatan
semacam ini, saat ini telah dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas
yang bekerjasama dengan Universitas Ciputra
Entrepeneurship Centre (UCEC)
guna mencip-
takan tamatan Perguruan Tinggi yang siap
memasuki lapangan kerja.
H. Bambang Banu Siswoyo
Nama Orang
JURNAL EKONOMI BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 2 | JULI 2009
122
Unsur instrumen yang terdiri dari fakultas/jurusan,
Lemlit dan LPM senantiasa menciptakan suatu
tatanan dan arahan agar dosen dalam melaksa-
nakan tridarma perguruan tinggi senantiasa
memanfaatkan peluang usaha berdasar aktivitas
tridarma yang dilaksanakan. Misalnya, karya
penelitian tidak berakhir dengan dibuatnya lapor-
an, namun selalu memikirkan pemanfaatan karya
tersebut untuk kepentingan pemenuhan kebu-
tuhan orang lain. Sehingga karya penelitian
tersebut dapat menghasilkan peluang memper-
oleh pendapatan. Demikian juga, untuk kegiatan
pendidikan dan pengajaran, maupun pengabdian
pada masyarakat yang dapat memanfaatkan hasil
temuannya untuk kepentingan pemenuhan
kebutuhan.
Unsur lingkungan seperti DU/DI, Business cen-
tre, mempunyai daya pengaruh yang besar
terhadap kematangan dosen kewirausahaan.
Banyak pembelajaran kewirausahaan yang dapat
dilakukan melalui pemanfaatan pelaku usaha
yang ada di lingkungan, mulai yang terdekat
sampai yang terjauh.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas
adalah sebagai berikut.
Masalah pengangguran menjadi masalah yang
sangat serius, dan praktik kewirausahaan sebagai
salah satu solusinya.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
rendah kemandirian dan semangat
kewirausahaannya.
Sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi lebih
siap sebagai pencari kerja, daripada sebagai
pencipta kerja.
Masa depan wirausahawan digambarkan akan
terus cemerlang. Pembekalan dan penanaman
jiwa
entrepreneur
pada mahasiswa diharapkan
dapat memotivasi mahasiswa menjadi
wirausahawan yang tangguh, ulet dan mandiri.
Kewirausahaan merupakan persoalan penting di
dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang
mambangun. Kemajuan atau kemuduran
ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh
keberadaan dan peranan dari kelompok
entre-
preneur
ini.
KEGIATAN PENGABDIAN
TERHADAP MASYARAKAT
KEGIATAN PENELITIAN DAN
KARYA ILMIAH LAIN
KEGIATAN PENDIDIKAN DAN
PENGAJARAN, UCEC
BERBASIS
KOMPETENSI
& LATAR
KEILMUAN
INPUT
(CALON DOSEN
PEMBINA
KEWIRAUSAHAAN)
OUTPUT
DOSEN PEMBINA
BERJIWA
WIRAUSAHAWAN
UNSUR LINGKUNGAN
DUNIA USAHA/DUNIA
INDUSTRI; BUSINESS CENTRE
UNSUR INSTRUMEN
FAK/JUR; LEMLIT; LPM; &
KURIKULUM
Gambar 2. Model Pengembangan Jiwa Kewirausahaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENELITIAN KEPERAWATAN JIWA