PENELITIAN KEPERAWATAN JIWA


SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI
KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP
KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK
RSJ PROF. HB SAANIN PADANG
TAHUN 2010
Penelitian Keperawatan Jiwa
YULIANA SISKY
06921022
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
ABSTRAK
Rendahnya peran keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien
gangguan jiwa dipicu oleh rendahnya motivasi dari keluarga sebagai tenaga
penggerak. Motivasi mendorong manusia untuk berprilaku atau bertindak dalam
mencapai tujuan. Motivasi ini dipengaruhi oleh pengetahuan, nilai, emosi,
persepsi dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan motivasi keluarga dalam memberikan dukungan
terhadap klien gangguan jiwa. Desain penelitian adalah Study Korelasional
dengan pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2010 sampai dengan Agustus 2010. Sampel diambil secara accidental
sampling yang berjumlah 80 orang. Analisis data dilakukan dengan dua tahap
yaitu analisis univariat dengan distribsi frekuensi dan analisis bivariat dengan
menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian didapatkan 51,3 % responden
memiliki motivasi masih rendah, 58,8 % berpengetahuan rendah, 65,0 % memiliki
nilai/keyakinan yang rendah, 61,3 % memiliki emosi yang tidak labil, 57,5 %
memiliki persepsi yang negatif. Secara statistik didapatkan hubungan yang
bermakna antara pengetahuan, nilai/keyakinan, emosi dan persepsi dengan
motivasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan bagi rumah sakit membuat
kebijakan untuk meningkatkan penyuluhan secara berkesinambungan terhadap
keluarga, bagi perawat agar dapat selalu memotivasi keluarga untuk mengikuti
penyuluhan yang diberikan pihak rumah sakit.
Kata Kunci : faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi keluarga.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah
mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada
umumnya dan indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis
ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik brupa gangguan
gizi, terserang berbagai penyakit infeksi, tetapi juga dapat mengalami gangguan
kesehatan mental psikiatri yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas
kerja dan kualitas hidup secara nasional menurun yang akan mengakibatkan
hilangnya satu generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita – cita
bangsa. Gangguan mental psikiatri yang dapat terjadi mulai dari tingkat yang
ringan bahkan berat yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit, baik
dirumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum (Rusman,
2001)
Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran,
perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari – hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial dari orang
tersebut. Sedangkan menurut Muslim (2002), gangguan jiwa merupakan sindrom
atau pola prilaku atau psikologi seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan
yang secara khas berkaitan dengan sesuatu gejala penderitaan (distress) di dalam
satu atau lebih fungsi penting dari manusia.
2
Gangguan jiwa juga merupakan masalah yang serius, penting dan
berbahaya. Karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri
maupun orang lain, bahkan kepemerintahan sekalipun. Di negara berkembang
seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi jumlah klien dengan
gangguan jiwa karena berlatarbelakang dari dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan.
WHO menyebutkan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa
ditemukan di dunia (Gemari, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap masyarakat di negara Asia Timur menunjukan adanya peningkatan
jumlah pasien dengan psikiatri syaraf. Pada waktu bersamaan kemiskinan dan
tidak adanya akses kepada asuransi kesehatan membuat masalah ini makin parah.
Di Indonesia diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari 220 juta
penduduk mengalami gangguan jiwa (Swaberita, 2008). Jumlah penderita
gangguan jiwa di Sumatra Barat pada tahun 2008 data dari Dinas Provinsi Sumbar
dari jumlah penduduk 3.198.726 orang ada 0,26 % yang menderita gangguan jiwa.
Data yang di ambil dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2009 dari
jumlah penduduk di kota padang 839.190 orang, yang mengalami gangguan jiwa
di kota padang sebanyak 0,75 %.
Penderita gangguan jiwa merupakan bagian dari anggota keluarga.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit. Pada umumnya, keluarga meminta
bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawat keluarganya
yang sakit. Oleh karena itu asuhan keperawatan jiwa yang berfokus pada keluarga
bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi juga bertujuan untuk
3
mengembangkan dan meningkatkan peran serta keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan tersebut (Keliat 1995).
Keliat juga mengemukakan pentingnya peran serta keluarga dalam
perawatan jiwa yang dapat dipandang dari berbagai segi : (1) Keluarga merupakan
tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya,
(2) Keluarga merupakan suatu system yang saling bergantung dengan anggota
keluarga yang lain, (3) Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur
hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan keluarga sementara, (4)
Berbagai penelitian menunjukan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan jiwa
adalah keluarga yang pengetahuannya kurang.
Freeman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yaitu, mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberi
keperwatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membanti
dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda, mempertahankan suasana
di rumah yang menguntungkan bagi kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan (Setiadi, 2008).
Menurut penelitian Yosep tahun 2008 proses perawatan yang melibatkan
klien dan keluarga akan membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak
kambuh lagi setelah pulang. Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan
klien dan merupakan perawatan utama bagi klien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau asuhan yang diperlukan di rumah. Keberhasilan perawat
dirumah sakit dapat sia – sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian
4
mengakibatkan klien harus di rawat kembali. Peran serta keluarga sejak awal
asuhan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien
dirumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah.
Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 10 Februari 2010
di ruang rawat inap RSJ. Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang, menurut data dari medical
record RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang, pasien lama (berulang) yang datang berobat
jalan pada bulan November 2009 sebanyak 894 orang, bulan Desember 2009
sebanyak 901 orang, bulan Januari 2010 sebanyak 824 orang. Sebagian besar
klien yang berobat diantar oleh keluarga mereka. Tetapi hal tersebut tidak cukup
untuk menunjukan motivasi yang diberikan oleh keluarga.
Dari studi awal yang penelti lakukan di poliklinik RSJ. Prof HB. Sa’anin
Padang, Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 9 orang anggota
keluarga klien yang dirawat jalan berulang menyatakan bahwa keluarga tidak
mengetahui bagaimana cara perawatan klien dirumah seperti kontrol obat, dalam
memberikan pujian, dan komunikasi yang tidak nyambung dan keluarga juga
tidak mengetahui apa yang masih diharapkan dari klien serta keluarga
menganggap klien hanya menambah beban biaya berobat klien.
Rendahnya peran keluarga juga dipicu oleh rendahnya motivasi dari
keluarga sebagai tenaga penggerak. Motivasi merupakan faktor penting yang
mempengaruhi perilaku manusia karena dengan adanya motivasi maka manusia
akan berusaha semampunya untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan
pengertian motivasi menurut Ngalim Purwanto “ Motivasi adalah kondisi atau
keadaan yang mempengaruhi atau memberikan dorongan kepada makhluk untuk
bertingkah laku mencapai tujuan” (Purwanto, 2003).
5
Purwanto (2003) mengatakan bahwa motivasi mendorong manusia
untuk berprilaku atau bertindak dalam mencapai tujuan. Motivasi dipengaruhi
oleh : pengetahuan, nilai, emosi, persepsi dan lingkungan. Pengetahuan bertujuan
untuk mengelompokan tingkah laku suatu individu yang diinginkan, bagaiman
cara berfikir, berbuat sebagai suatu unit pengetahuan yang diberikan. Nilai itu
keyakinan, keyakinan bagaimana gangguan jiwa dapat disembuhkan seperti
layaknya orang sehat. Emosi merupakan keadaan psikologi yang meliputi
kegembiraan, kesedihan, kecintaan dan kebencian. Persepsi merupakan proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan. Lingkungan segala
sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
manusia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah penelitian adalah “ faktor – faktor apakah yang berhubungan
dengan motivasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan
jiwa di Poliklinik RSJ. Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi keluarga
dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di Poliklinik
RSJ. Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang tahun 2010.
6
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi motivasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di Poliklinik
RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang.
b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan keluarga
dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di
Poliklinik RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang.
c. Mengetahui distribusi frekuensi nilai atau keyakinan keluarga
dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di
Poliklinik RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang.
d. Mengetahui distribusi frekuensi emosi keluarga dalam memberikan
dukungan terhadap klien gangguan jiwa di Poliklinik RSJ. Prof. Dr
HB. Sa’anin Padang.
e. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan
jiwa di Poliklinik RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang.
f. Mengetahui hubungan nilai dengan motivasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di Poliklinik
RSJ. Prof. Dr. HB. Sa’anin Padang.
g. Mengetahui hubungan emosi dengan motivasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di Poliklinik
RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang.
7
h. Mengetahui hubungan persepsi dengan motivasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di poliklinik
RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit
Rumah Sakit agar dapat membuat suatu perencanaan untuk
meningkatkan motivasi keluarga klien dan peran serta keluarga dalam
merawat pasien.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai masukan bagi ilmu keperawatan serta meningkatkan wawasan
pengeahuan serta sikap dalam pengelolaan klien gangguan jiwa dengan
melibatkan keluarga dalam dukungan serta perawatan agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.
3. Peneliti
Bagi peneliti sendiri dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
telah didapat diperkuliahan.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSJ. Prof. HB Saanin Padang adalah rumah sakit khusus tipe A milik
pemerintah daerah propinsi Sumatera Barat. Rumat sakit ini telah beralih
nama dari rumah sakit pusat menjadi RSJ. Prof. HB. Saanin berdasarkan
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan PP No. 25
tahun 2000 tentang pengalihan Unit Pelaksanaan Teknis Pusat (UPTP) ke
Daerah (UPTD). Rumah sakit ini melayani penduduk Sumatera Barat dan
pelayanan yang diberikan di rumah sakit ini meliputi : pelayanan medik,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang medik
dan pelayanan umum, termasuk disini pelayanan rujukan.
B. Hasil Analisis Univariat
1. Motivasi Keluarga Dalam Memberikan Dukungan Terhadap Klien
Gangguan Jiwa
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Dalam
Memberikan Dukungan Terhadap Klien Gangguan Jiwa di
Poliklinik RSJ. Prof. Dr HB. Sa’anin Padang Tahun 2010
No. Motivasi f %
1. Rendah 41 51,2
2. Tinggi 39 48,8
Jumlah 80 100,0
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Lebih dari separoh responden memiliki motivasi yang rendah dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
2. Lebih dari separoh responden memiliki pengetahuan yang rendah dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
3. Lebih dari separoh responden memiliki nilai/keyakinan yang rendah dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
4. Lebih dari separoh responden memiliki emosi yang tidak labil dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
5. Lebih dari separoh responden memiliki persepsi yang negatif dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan motivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
7. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai/keyakinan dengan motivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
8. Terdapat hubungan yang bermakna antara emosi dengan motivasi keluarga
dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
9. Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan motivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa.
57
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka saran
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan RSJ Prof. HB. Saanin Padang
Diharapkan dapat memberikan kebijakan dalam menetapkan programprogram
kesehatan jiwa baik untuk pembinaan kesehatan keluarga maupun
masyarakat secara lintas sector dan rumah sakit hendaknya memberikan
sarana informasi untuk menambah pengetahuan keluarga tentang peran
sertanya dalam perawatan klien gangguan jiwa.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan bekal kompetensi bagi mahasiswa sehingga
mampu menerapkan ilmu yang didapatkan kepada masyarakat.
3. Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang
berbeda sehingga diharapkan hasil penelitian ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : ECG.
Efendi, Nasrul. 1995. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : ECG.
Friedman, 1998. Influence of Family Involvement and Substance Use on
Sustained Utilization of Services for Schizophrenia. Psychiatric
Services,vol.59 no.8, 902-908
Gracia liana, 2009. Gangguan Jiwa Makin Merebak. Diakses pada tanggal 27
April 2010 dari http ://www.inilah.com/file/gayahidup.htm
Handoko, Martin. 1995. Motivasi : Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta :
Kanisius.
Harmoko. 2010. Peran Keluarga Dalam Perawatan Gangguan Jiwa. Diakses
pada tanggal 6 Maret 2010 dari http://www.nsharmoko.blogspot.com/nursing
clinical partician.htm
Juliansyah. 2010. Peran Keluarga Menangani Penderita Gangguan Jiwa. Diakses
pada tanggal 26 April 2010 dari http:www.pontianak post online.com/file/new
portal.htm
Khairini, 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa di RSJ. HB. Saanin
Padang. Padang : Skripsi STIKES Indonesia.
Keliat, Ana Budi. 1995. Peran Serta Keluarga Dalam Keperawatan Klien
Gangguan Jiwa. Jakarta : Depkes RI
___________, 2005. Motivasi Keluarga Dalam Keperawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta : EGC.
Marlyn, M, Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek edisi 3.
Jakarta: EGC.
Maramis, W, F. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press.

Komentar